Di Indonesia, browser saat ini dikuasai tiga brand, mulai dari Internet Explorer, Mozilla Firefox dan Chrome Google. Semua berdesain hampir sama, sehingga Opera merasa perlu untuk membuat inovasi baru, browser konsep bernama Neon.
Browser buatan Norwegia, yang baru saja dibeli oleh
konsorsium China itu mencoba bereksperimen dengan browser bernama Neon. Ini
merupakan browser untuk desktop yang eksperimental, bisa digunakan untuk
Windows dan Mac.Untuk menggunakannya, Neon harus diunduh terlebih dahulu
melalui situs resmi Opera. Ukuran file-nya memang cukup besar, butuh ruang 67,5
MB.
Saat pertama kali membuka Neon, pengguna pasti tidak akan
sadar ternyata Neon telah terbuka. Ini karena tampilan dan antarmuka Neon tidak
seperti browser kebanyakan. Neon tidak menggunakan task bar atau bookmark bar
namun tetap mempertahankan URL bar.
Fitur tabs juga dihilangkan, diganti dengan mode buih
(bubbles) yang tersemat di bagian kanan browser. Menu situs yang berada di
tengah tampilan juga menggunakan konsep bubbles. Latar belakang halaman browser
juga secara otomatis menjadi latar belakang halaman tabs.
Yang menarik, Opera Neon memiliki menu screenshot sendiri
ketimbang harus mengunduh melalui add ons sendiri. Selain menu 'menangkap
gambar layar', Neon juga punya menu mengontrol audio dan video. Dengan kata
lain, video YouTube yang telah pengguna buka bisa mengecil, seolah menjadi
insert yang diletakkan di sisi kiri.
Selain itu, Neon juga memungkinkan pengguna membuka dua
halaman browser sekaligus dalam satu layar laptop. Ini sama dengan split screen
view di iOS dan Android.
Opera saat ini telah memiliki beberapa browser dan tools di
Playstore. Selain Opera desktop, ada juga Opera Mini, Opera Mobile, lalu Opera
TV (untuk Smart TV) dan Opera Free VPN. Neon telah diluncurkan sejak Januari
tahun ini di pasar browser global.
No comments:
Post a Comment